Senin, 12 Desember 2011

KAJIAN DRAMA

STRUKTUR PENOKOHAN DALAM DRAMA “RUMAH MAKAN”

Abstrak
    Drama merupakan salah satu bentuk karya sastra yang dilakonkan oleh dua orang atau lebih yang mengisahkan suatu peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan manusia yang akan diperankan di atas panggung. Dari drama ini terdapat tokoh-tokoh yang membangun alur dari drama tersebut  Dalam setiap tokoh tersebut mempunyai karakter yang berbeda-beda dan sehingga menyulitkan pembaca untuk memahami untuk mengetahui pengaluran dari drama tersebut. Oleh karena itu, berdasarkan sulitnya pemahaman alur suatu drama akibat karakter tokoh yang sulit ditafsirkan sehingga penganalisisan drama
“Bunga Rumah Makan” karya Utuy Tatang Sontani bertujuan agar pembaca mudah menafsirkan dan memahami pengaluran cerita drama tersebut melalui karakter tokoh.
Kata Kunci : Karakter, tokoh, drama, dan alur.
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang sesorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones dalam Burhan Nurgiyantoro, 2002:165).
Penokohan atau tokoh juga dijelaskan oleh Dick Hartoko & Rahmanto sebagai pencitraan yang disusun dengan memperpadukan berbagai faktor, yakni apa yang difokalisasinya, bagaimana ia memfokalisasi, oleh siapa dan bagaimana ia sendiri difokalisasi, kelakuannya sebagai pelaku dalam deretan peristiwa, ruang dan waktu (suasana) serta pertentangan tematis di dalam karya itu yang secara tidak langsung merupakan bingkai acuan bagi tokoh (Dick Hartoko&Rahmanto).
Merumuskan pengertian sastra secara sempurna tidak semudah merumuskan pengertian pada ilmu eksakta,namun demikian untuk mempelajari suatu cabang ilmu pengetahuan secara teliti orang selalu berusaha menemukan defenisi guna mengetahui pembatasan tentang permasalahan ilmu yang bersangkutan.
Drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action di hadapan penonton (audience).Semi (1993:156)mengatakan drama sebagai certa atau perilaku manusia yang dipentaskan.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Mulyono,1997:243) mengartikan drama sebagai komposisi syair atau prosa yang menggambarkan kehidupan dan watak kmelalui tingkah laku atau dialog yang dipentaskan.
    Untuk dapat memahami cerita yang terdapat dalam drama ini maka salah satunya kita harus mengetahui unsur intrinsik yang terkandung di dalamnya. Analisis unsur yang dimaksud adalah merupakan analisis dari struktur drama tersebut. Sehingga dengan demikian maka untuk mengetahui unsur intrinsiknya maka digunakan pendekatan struktural untuk dapat mengungkapkan makna yang terkandung di dalam drama tersebut.
    Adapun dengan menganalisis dengan menggunakan pendekatan struktural maka hal yang diuraikan adalah struktur dari drama yaitu diantaranya tokoh yang membangun drama tersebut. Dengan menguraikan karakter tokoh maka kita dapat menafsirkan dan memahami  isi drama dengan baik.
    Sehubungan dengan hal-hal tersebut maka studi terhadap penokohan yang terdapat di dalam drama “Bunga Rumah Makan” karya Utuy Tatang Sontani sangatlah penting untuk diteliti karena merupakan salah satu pelestarian suatu karya sastra.
Menurut Sudjiman (Zulfathnur,1967/1997:29) tokoh adalah individu rekaan yang berwujud manusia atau binatang yang mengalami lakuan atau peristiwa dalam cerita. Manusia yang menjadi tokoh dalam cerita fiksi dapat berkembang perwatakannya baik segi fisik maupun segi mentalnya.
    Dalam hal penokohan,di dalamnya termasuk hal-hal yang berkaitan dengan penamaan, pemeranan, keadaan fisik tokoh, keadaan sosial tokoh, serta karakter tokoh.Hal-hal yang termasuk dalam hal-hal penokohan ini saling berhubungan dengan upaya membangun masalah-masalah atau konflik-konflik  kemanusiaan yang merupakan persyaratan utama drama. Bahkan di dalam drama,unsur penokohan merupakan aspek penting. Selalu melalui aspek ini,aspek-aspek lain di dalam terkesan lebih tegas dan jelas pengungkapannya dibandingkan dengan fiksi
    Seperti halnya rekaan, dalam drama pun terdapat tokoh baru pemegang peran. Pada umumnya tokoh drama berupa orang,jika berupa binatang, tumbuhan, atau bahkan benda mati tetapi sikap dan tingkah lakunya tetap pula menggambarkan kehidupan manusia. Begitu pula pada jika pemegang perannya adalah manusia maka tokoh manusia tersebut mempunyai peran atau karakter dan menyangkut kehidupan manusia di dalam drama itu.
    Dalam drama yang berjudul“Bunga Rumah Makan” terdapat beberapa tokoh yang melakoni cerita di dalam drama tersebut diantaranya adalah Ani sebagai gadis pelayan rumah makan Sambara, Iskandar sebagai pemuda pelancong, Sudarma yang mempunyai rumah makan Sambara, Karnaen sebagai pemuda anak Sudarma, Usman sebagai kyai kawan Sudarma, Polisi, Suherman sebagai pemuda kapten tentara, Rukayah, sebagai kawan Ani, perempuan yang berbelanja, pengemis, dan dua pemuda pegawai kantoran. Masing-masing dari tokoh tersebut mempunyai ciri khas dari karakter yang mereka miliki dan karakter yang mereka miliki pun berbeda-beda walaupun terdapat persamaan  dari karakter yang mereka miliki, mungkin hanya sebagian kecil saja, tidak betul-betul sama. Untuk lebih memahami mengenai karakter dari masing-masing tokoh dari drama ini maka gambaran karakter dari masing-masing tokoh tersebut adalah:
A.    Ani
    Ani adalah salah satu tokoh yang terdapat di dalam drama ini. Ia berperan sebagai seorang gadis pelayan rumah makan Sambara. Dalam perannya di dalam drama ini, ia berkedudukan sebagai tokoh utama karena ia mempunyai hubungan peristiwa kepada seluruh tokoh yang terdapat dalam drama “Bunga Rumah Makan” karya Utuy Tatang Sontani ini. Pada umumnya, tokoh yang memegang peran utama di dalam suatu sastra juga berkedudukan sebagai tokoh protagonis yaitu tokoh yang mempunyai karakter yang baik walaupun kadangkala meeka mempunyai peran sebagai tokoh antagonisyaitu tokoh yang mempunyai karakter yang buruk atau jahat namun pada akhirnya karakter tersebut akan berubah menjadi baik. Seperti halnya pada tokoh Ani, hampir seluruh karakternya merupakan karakter yang bersifat protagonis. Hanya sebagian kecil saja karakter antagonis yang dimilikinya dan pada akhirnya sifat antagonis tersebut akan berubah menjadi karakter protagonis. Pada dasarnya sifat antagonis mendominasi karakter yang dimiliki oleh tokoh Ani. Hal ini terlihat pada beberapa dialog yang terdapat dalam beberapa adegan yang menunjukkan bahwa ia adalah tokoh protagonis. Seperti pada dialog berikut yaitu ketika Ani sedang berdialog dengan Karnaen di ruangan bagian depan rumah makan Sambara. Dari dialog ini menunjukkan bahwa Ani adalah seorang tokoh yang rajin. Ia selalu merasa jenuh jika sedang dalam keadaan yang santai dan ia tidak suka bermalas-malasan sehingga ia selalu berusaha mencari kesibukan di tengah-tengah waktu lowongnya. Hal ini terlihat pada adegan berikut yang menunjukkan bahwa Ani mempunyai karakter yang rajin.
Kaenaen: Who, engkau turut masak?
Ani    : Tidak mas, hanya memasak air. Timbangan diam tidak ada kerja, supaya tidak merasa kesal.
Dialog di atas menunjukkan bahwa ia tidak suka bermalas-malasan. Jika ia tidak mempunyai kesibukan matinya akan merasa kesal. Bahkan ketika sedang berbincang-bincang dengan Karnaen ia selalu mencari kesibukan yaitu dengan mengelap radio.
    Selain rajin, Ani pun adalah seorang gadis yang tidak sombong. Ia berusaha agar tidak terlihat sombong di hadapan orang lain.
Karnaen: Tapi mengapa engkau diam saja di belakang?
Ani     : Saya membantu pekerjaan koki?
    Pada perbincangan tersebut yang menunjukkan bahwa walaupun Ani diperlakukan secara istimewa di rumah makan tempatnya ia bekerja yaitu sebagai pelayan tamu-tamu yang berdatangan di tempat tersebut dan tentunya pekerjaannya tidak berat, namun ia etap pergi ke dapur untuk membantu koki yang sedang memasak. Padahal pekerjaan koki tidak seringan pekerjaannya sebagai pelayan tamu rumah makan itu. Ia melakukan hal itu karena ia ingin berinteraksi dengan orang yang berada di bawahnya. Ia tidak mau bersikap bangga dengan sesuatu yang telah dimilikinya sehingga ia pun berusaha agar tidak terlihat sombong pada orang lain yaitu dengan cara berbaur dengan mereka yang tidak sederajat dengannya.
    Ia pun selalu membantu orang yang sedang kesusahan salah satunya sehingga dapat dikatakan bahwa Ani adalah seorang tokoh yang dermawan yaitu ketika ia akan berhenti bekerja di tempat tersebut, Ani tidak meminta upah dari pekerjaannya ia hanya menyuruh Karnaen untuk menyumbangkannya kepada fakir miskin.
Ani: …Gaji saya yang belum dibayar, saya minta untuk dihadiahkan kepada fakir miskin. (kepada Karnaen)….
Ini menunjukkan bahwa ia adalah tokoh yang dermawan. Ia sering membantu orang lain dengan memberikan uang kepada mereka yang membutuhkan salah satunya dengan memberikan uang kepada pengemis yang datang mencuri ke tempat itu. Hal ini terlihat pada ucapan yang dikatakan oleh Ani pada saat pengemis itu mencuri di rumah makan tempat ia bekerja yaitu “Hampir tiap engkau datang di sini, engkau kuberi uang. Tak nyangka, kalau sekarang engkau berani datang di sini dengan maksud mencuri”. Dari dialog tersebut menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang suka memberi kepada orang yang lemah walaupun orang tersebut tidak memberikan balasan yang setimpal dengan hal yang selalu diberikannya. Ia tidak pernah marah kepada orang yang berbuat baik kepadanya. Seperti yang dilakukan oleh pengemis tersebut yang telah berani mencuri di tempat orang yang selalu memberinya belas kasihan. Ia selalu berbuat baik kepada setiap orang berada di dekatnya. Dengan kebaikannya tersebut ia berharap dapat membalas jasa-jasa orang yang telah membantunya. Seperti yang dikatakan oleh Ani yaitu “Mas, saya tidak mempunyai perkataan untuk menyatakan terima kasih atas kebaikan budi Mas, sudah bawa saya ke sini. Tapi ,ketika saya datang di sini dulu saya tiada ingin lebih dari jadi pelayan, jadi pegawai sebagaimana kesanggupan orang miskin di dalam mencari sesuap nasi”. Dari hal tersebut menunjukkan bahwa dia ingin membalas jasa orang-orang yang telah mengangkatnya dari jurang kemiskinan dengan sikap baiknya.
    Salah satu sikap baik yang dimiliki yang Ani adalah dengan selalu bersikap ramah kepada siapa pun termaksud kepada seluruh pelanggan rumah makan tempat ia bekerja. Salah satunya kepada seorang ibu yang datang ke tempat tersebut. Ia berusaha bersikap ramah kepada ibu tersebut dengan mengajak ibu itu bercerita. Ia tidak hanya sekedar melayani pelanggan di tempat ia bekerja tetapi ia juga berusaha agar mereka merasa nyaman ketika berbelanja di tempat tersebut. Walaupun ada diantara para pelanggan tersebut yang memperlakukannya secara tidak sopan namun ia tetap memperlakukan mereka dengan ramah. Hal ini tampak pada dialog antara Ani dan dua orang pemuda yang merupakan pelanggan rumah makan tersebut ketika sedang memesan makanan.
Ani      :……Kuenya apa saudara? TArtyes atau lapis legit?
Pemuda 1 : Mana yang lebih enak?
Ani       : Yang lebih enak tentu yang harganya lebih mahal.
Pemuda 1 : Tapi anehnya saya ini tidak suka kepada yang enak.
Ani      : Mengapa?
Pemuda 2: Sebab dia bukan manusia biasa. Keluarbiasaannya adalah kalau nona sudah satu kali kenal dengan dia,maka dia…
Pemuda 1 :………………………………………….
Ani       : Tapi saya hanya mau menerima, bila yang dibicarakan dalam telepon itu sungguh-sungguh penting.
Dari dialog tersebut menunjukkan bahwa ia tetap bersikap ramah kepada siapa punwalaupun orang tersebut tidak menghargainya. Ia tidak perduli kepada bujuk rayu atau kata-kat yang dilontarkan oleh lelaki lain seperti yang dilakukan oleh kedua orang pemuda tersebut. Ia hanya menjawab gurauan kedua pemuda itu dengan gurauan pula. Ia tidak memperdulikan semua hal itu karena ia adalah tipe cewek yang setia. Walaupun ada lelaki yang mencintainya dengan sungguh-sungguh namun ia tetap setia kepada pacarnya yang bernama Suherman. Ini terbukti ketika secara tidak lansung Karnaen menyatakan keinginanya untuk menjadikan Ani sebagai ibu rumah tangga yang baik maka ia menepisnya dengan mengatakan bahwa sebenarnya ia masih ingin bebas. Padahal ia sudah mempunyai seorang kekasih hati.
Ani    : …………………….saya lebih senang jadi pelayan daripada mengurus rumah tangga………………….
Karnaen: ………………Aku ingin melihat engkau menjadi wanita yang sungguh-sungguh wanita. Dan wanita yang kumaksud itu adalah wanita yang cakap mengurus rumah tangga.
    Tetapi walaupun Ani selalu bersikap baik kepada setiap orang namun akibat sifat baiknya tersebut membuat setiap orang khususnya para lelaki akan menjadi tertipu dengan kebaikan dan kecantikannya tersebut. Hal ini seperti yang dikatakan oleh seorang lelaki yang bernama Iskandar yang mengatakan bahwa ia hanya memperdagangkan kecantikannya dan menipu laki-laki supaya mau belanja ke tempat tersebut walaupun tidak ada maksud Ani seperti itu. Seperti yang terdapat  pada ucapannya kepada Ani “……..engkau diam di sini untuk bermain sandiwara, memperdagangkan kecantikan, menipu laki-laki, supaya mau belanja ke sini”.

B.    Iskandar
    Iskandar adalah tokoh yang berperan sebagai pemuda pelancong. Ia mempunyai karakter sebagai tokoh protagonis karena ia selalu bersikap jujur, apa adanya. Ia tidak suka merayu orang lain dengan perkataan yang tidak jujur hanya untuk menarik hati orang lain. Hal ini terlihat pada sikapnya kepada Ani yang ditunjukkan dengan cara berbicaranya kepada dia. Ia malah menghina Ani agar ia sadar dengan perbuatannya yang menurut Ani itu merupakan sifat yang baik tetapi bagi Iskandar ia hanya menipu laki-laki lain agar mereka datang ke rumah makan tersebut.“…engkau diam di sini untuk bermain sandiwara, mendagangkan kecantikan, menipu laki-laki supaya mau belanja ke sini.” Hal ini menunjukkan bahwa Iskandar pula adalah tokoh yang perduli terutama kepada Ani karena ia tidak membiarkan para lelaki tersebut datang ke rumah makan untuk menikmati kecantikan yang dimiliki oleh Ani.
C.    Sudarma
Sudarma adalah tokoh yang berperan sebagai bapak Karnaen dan juga pemilik rumah makan tempat Ani bekerja. Ia mempunyai karakter sebagai tokoh antagonis karena ia mempunyai sifat yang matrealistis. Hal ini ditunjukkan dengan ketika ia memarahi Ani yang tidak melakukan tugasnya dengan baik. Ia menganggap bahwa Ani telah menyia-nyiakan gaji yang telah diberikannya sebagai pegawai. Hal ini ditunjukkan pada ucapannya ketika memarahi Ani yaitu “…Jika begitu, sia-sia aku menggaji orang di sini.” Dari perkataannya  tersebut tampak bahwa ia adalah tokoh yang matrealistis. Selain itu ia juga adalah tokoh yang pemarah karena hanya karena merasa rugi dengan akibat pekerjaan Ani yang kurang baik maka ia memarahi Ani dengan keras. Padahal jika dilihat dari kesalahan yang dilakukan oleh Ani, hal yang dilakukannya tidak terlalu membawa dampak yang besar.
   
D.    Karnaen
Ia adalah tokoh yang berperan sebagai anak Sudarma yaitu anak tempat Ani bekerja. Ia adalah tokoh yang bersifat protagonis karena ia melindungi Ani pada saat ia mendapat penghinaan dari Iskandar. Walaupun hal itu dilakukannya karena ia menaruh rasa cinta kepada Ani tetapi hal itu merupakan salah satu bukti bahwa ia menunjukkan sifat perhatiannya. Hal ini ditunjukkan pada ucapannya kepada Iskandar pada saat mereka sedang bertengkar yaitu “Dari itu, kalau saudara berurusan dengan dia, berarti saudara berurusan pula dengan saya, sebab saya pelindung dia”.    

E.    Usman
Usman adalah salah satu tokoh yang berperan sebagai sahabat Sudarma pemilik rumah makan tempat Ani bekerja. Ia adalah salah satu tokoh protagonis karena ia adalah salah satu tokoh yang taat pada ajaran agama. Hal ini tampak pada dialog-dialognya yang selalu berhubungan dengan agama. Ini dapat terlihat pada ucapannya kepada Ani yaitu “Jika demikian, kusampaikan doa, dan moga-moga kamu berdua dilindungi dan dikaruniai Tuhan selalu”.
Ia juga adalah tokoh yang suka menolong. Hal ini terlihat pada saat ia mengungkapkan keinginannya untuk menolong Karnaen karena ia mengetahui bahwa Karnaen menyimpan rasa cinta kepada Ani. Ini tampak pada ucapannya “Tapi aku menganjurkan kawin tadinya aku mau menolong anakmu”.
   
F.    Polisi
Polisi adalah tokoh yang identitasnya tidak disebutkan secara jelas. Hanya saja nama dari tokoh ini ditentukan berdasarkan pekerjaan yang digelutinya di dalam drama ini. Ia adalah salah satu tokoh yang bersifat protagonis karena ia mampu menjalankan tugasnya dengan baik yaitu menjaga keamanan dan kenyamanan orang-orang yang berada di tempat tugasnya. Hal ini ditunjukkan pada saat polisi ini mendamaikan antara Karnaen yang melaporkan Iskandar pada dirinya karena telah memukul diri Karnaen. Hal ini terlihat pada dialog polisi tersebut dengan Iskandar dan Karnaen pada saat mendamaikan mereka.
Iskandar: Sejak saya meninggalkan dia tadi, sudah kumaafkan.
Polisi      : Dia mengatakan begitu tuan,. Tinggal pihak tuan.
Karnaen : (melihat kepada orang lain)
Polisi      : Tuan mau memaafkan dia atau tidak.
Karnaen: Ya, saya maafkan.

G.    Suherman
    Suherman adalah tokoh yang mempunyai karakter yang perhatian kepada pasangannya. Hal ini terlihat seperti yang dikatakan oleh Ani”Yang membahagiakan aku adalah lantaran ia mengerti kepada keinginanku”. Dengan perkataan Ani tersebut secara jelas telash mengatakan bahwa dirnya adalah orang yang pengertian.
Ia juga adalah orang yang disiplin dan tepat janji. Sifatnya ini ditampakkan dalam drama secara langsung melalui kata-kata, bukan melalui perbuatan. Hal ini terlihat pada percakapan antara Suherman dan Ani pada saat mereka bertemu di tempat Ani bekerja.
Ani             : Dan janji tentara adalah….
Suherman: Janji yang tidak kosong.
Suherman: Tapi pula tentara mesti selalu berdisiplin.
Dari hal tersebut secara jelas mengatakan bahwa ia adalah tokoh yang bersifat disiplin dan tepat janji walaupun penafsiran dari sifat tokoh tersebut diungkapkan secara langsung melalui tokoh itu sendiri.
     Walaupun ia adalah tokoh yang mempunyai karakter yang perhatian tetapi ia tetap saja disebut sebagai tokoh antagonis karena tokoh ini bersifat pendusta dan tidak sungguh-sungguh. Ia telah berjanji untuk kepada Ani untuk bersungguh-sungguh padanya tetapi ia malah membohongi Ani ketika Usman menanyakan kesungguhan cintanya kepada Ani dalam bentuk pernikahan. Ternyata Suherman bersungguh-sungguh kepada Ani. Ia memang mempunyai hubungan dengannya tetapi ia tidak pernah mempunyai keinginan untuk menikah. Hal ini tampak pada ucapannya yaitu “Habis? Sangka saudara saya mencintai perempuan itu untuk kawin?   
    Selain pendusta dan tidak sungguh-sungguh, karakter antagonisnya ini di dukung oleh sifatnya yang tidak tahu sopan santun terutama kepada orang tua. Hal ini terlihat pada saat ia bertikai dengan Usman. Ia tidak penah memandang bahwa orang yang dihadapinya adalah orang yang lebih tua darinya dan harus diperlakukan hormat. Hal ini ditunjukkan seperti pada ucapannya ke    Usman ketika ia disuruh menikah dengan Ani.”… lebih tidak kebetulan lagi karena baru sekali ini saya mendengar orang hendak turut campur dengan cinta saya”.

H.    Rukayah
    Rukayah adalah salah satu tokoh di dalam drama ini sebagai tokoh antagonis. Ia ada merupakan tokoh yang bersifat bijaksana karena ia mengetahui dan dapat menafsirkan bagaimana menempatkan rasa cinta ini kepada sesorang yang dicintai. Ia berpandangan bahwa sebagai perempuan tidak harus menyerahkan kepercayaan sepenuhnya kepada lelaki dan dalam menghadapi lelaki tidak hanya dengan berdasarkan perasaan tetapi juga berdasarkan akal sehat. Seperti yang dikatakan oleh rukayah kepada Ani “…….Kalau aku menghadapi laki-laki dengan perasaan saja, alamat akan celakalah aku sebagai permpuan”. Dari perkataan ini tampak bahwa ia mampu berpikir sehat dalam menghadapi suatu keadaan yang disebut cinta. Ia mampu dengan bijaksana menentukan sikap yang seharusnya dilakukan pada saat menghadapi perasaan tersebut.
    Sifat bijaksananya itu pula tampak pada saat ia menasehati Ani yangs udah tidak dapat berpikir jernih akibat perasaan cinta yang dimilikinya terhadap seorang lelaki yang bernama Suherman. Ia mencari cara yang baik agar tidak membuat Ani merasa kecewa pada saat ia menyampaikan hal tersebut dengan cara menyindir. Hal ini tampak pada ucapan Rukayah kepada Ani “ Jika tadi aku mengatakan iri padamu untuk menyindir belaka, sekarang aku mengiri padamu dengan sesungguh-sungguhnya.” Secara nyata ucapan Rukayah tersebut menunjukkan bahwa ia adalah orang yang selalu menjaga perasaan orang lain dengan menjaga kata-katanya agar orang lain tidak merasa terganggu atau tersinggung dengan hal yang diucapkannya.
    Sifatnya bijaksana yang dimilkinya menjadikan dirinya  untuk perduli terhadap orang lain. Ia tidak mau orang yang berada di dekatnya akan mengalami kesulitan. Ini ditunjukkan pada ucapannya kepada Ani“An, aku takut, kalau-kalau engkau sejak sekarang takkan lagi jadi kawanku”. Dari perkataannya ini tampak bahwa ia takut akan kehilangan kawannya yang tak lain adalah Ani, jika kawannya tersebut mengalami kesulitan dalam hidupnya. Oleh karena itu ia berusaha agar kawannya tersebut tidak mengalami kesulitan atau penderitaan yaitu salah satunya dengan cara menasehatinya.
I.     Perempuan yang Berbelanja
    Sesuai dengan identitas dari tokoh ini secar tidak langsung menyatakan bahwa perempuan yang berbelanja adalah tokoh yang perannya datang berbelanja di tempat tersebut. Nama tokoh ini tidak ditentukan secara jelas sehingga ia namanya hanya disesuaikan dengan hal yang dilakukannya di dalam drama ini yaitu berbelanja di rumah makan ini. Tokoh ini adalah tokoh yang mempunyai karakter yang ramah. Karakternya ini ditunjukkan dengan sifatnya yang selalu memuji orang. Hal ini terlihat pada ucapan perempuan itu pada saat berbelanja di rumah makan tersebut. “……… Dan saya lihat tadi di sana memang ada yang cocok sekali dengan kecantikan nona”. Dari perkataan tersebut tampak bahwa perempuan itu pandai sekali menarik hati orang lain agar suka kepadanya dengan cara memuji orang tersebut.

J.    Pengemis
Pengemis adalah salah satu tokoh yang juga menduduki kedudukan sebagai tokoh antagonis. Hal ini disebabkan karena walaupun ia telah diperlakukan dengan baik oleh orang lain, ia membalas perbuatan tersebut bukan pula dengan perbuatan yang baik. Hal ini terlihat pada saat ia sedang berada di rumah makan tempat Ani bekerja. Ia mencuri di rumah makan tersebut.
Ani         : Hampir, tiap engkau datang di sini engkau kuberi uang. Tak nyangka, kalau sekarang engkau berani-berani datang di sini dengan maksud mencuri.
Pengemis: Ampun, nona ampun.
Dari dialog tersebut menunjukkan bahwa lelaki itu adalah tokoh yang mempunyai sifat yang buruk. Ia tidak tahu balas budi kepada orang yang sudah menyambung hidupnya dengan selalu memberikannya sesuatu. Hal ini seperti yang dilakukan oleh pengemis tersebut. Walaupun Ani selalu bersikap baik kepada dia dengan selalu memberi memberikannya uang ketika datang mengemis ke tempat Ani bekerja tetapi pengemis itu membalasnya dengan hal yang tidak baik yaitu dengan mencuri di tempat tersebut. Hal tersebut tentunya jika terjadi maka akan membuat Ani terkena masalah karena mungkin akan dianggap sebagai pegawai yang tidak jujur. Pengemis itu tetap saja melakukan hal yang buruk hanya demi menyambung hidupnya tanpa memikirkan akibat yang akan dialami oleh orang lain jika ia melakukan itu.

K.    Dua Pemuda Pegawai Kantoran
    Dua pemuda pegawai kantoran ini adalah pemuda-pemuda yang datang mengunjungi rumah makan tempat Ani bekerja. Mereka datang ke tempat ini bukan hanya sekedar untuk datang berbelanja. Mereka ini datang dengan tujuan utama untuk melihat bunga cantik yang tumbuh di dalam rumah makan tersebut yaitu seorang gadis cantik yang bernama Ani. Orang seperti mereka inilah yang dikatakan oleh Iskandar sebagai orang-orang yang tertipu oleh keberadaan Ani di tempat tersebut. Mereka harus menipu diri mereka sendiri dengan harus datang ke tempat kerjanya walaupun bukan dengan tujuan untuk berbelanja. Secara tidak langsung, dengan kedatangan mereka ke tempat tersebut menjadikan mereka harus membeli sesuatu yang ada di tempat tersebut walaupun sebenarnya mereka tidak ingin melakukan itu.
    Kedua tokoh ini mempunyai karakter sebagai tokoh antagonis karena watak mereka yang tidak baik. Sifat mereka sangat tidak sopan. Hal ini tercermin dari sifat mereka kepada Ani. Mereka tidak menghargai Ani dengan menggodanya. Walaupun mereka suka pada Ani tapi seharusnya bukan dengan cara seperti itu mereka menyatakan perasaan mereka. Salah satunya mungkin dengan menghargai ia. Tapi hal yang terjadi justru sebaliknya. Mereka bersikap tidak sopan kepada Ani dengan menggodanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka tidak mempunyai sifat untuk menghargai orang lain. Hal ini terlihat pada percakapan antara kedua pemuda tersebut dan Ani.
Pemuda 1: Mana yang lebih enak?
Ani    : Yang lebih enak tentu yang harganya lebih mahal.
Pemuda 1: Tapi anehnya asya ini tidak suka kepada yang enak.
Ani    : Mengapa?
Pemuda 2: Sebab dia bukan manusia biasa, nona. Keluarbiasaannya adalah kalau nona sudah satu kali kenal dia, maka dia….
Dari percakapan tersebut tampak dengan jelas bahwa mereka tidak mempunyai sifat yang baik yaitu mereka tidak pernah menghargai orang lain terutama kepada orang yang suka. Mereka menjadikannya sebagai bahan permainan dengan menggoda orang tersebut.
Dari analisis drama yang telah dibahas pada drama ini dapat dikemukakan kesimpulan bahwa berdasarkan struktur dalam yang dimiliki dalam drama “Bunga Rumah Makan” mempunyai karakter tokoh yang berbeda-beda. Dan dari karakter tokoh yang terdapat di dalamnya dapat dikelompokkan kedua kategori yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis.
    Tokoh protagonis yaitu terdapat dalam karakter tokoh yang dimiliki oleh Ani, sebagai gadis pelayan rumah makan Sambara, Iskandar sebagai pemuda pelancong, Karnaen sebagai pemuda anak Sudarma, Usman sebagai kyai kawan Sudarma, Polisi,  Rukayah sebagai kawan Ani, dan perempuan yang berbelanja
Tokoh antagonis diperankan oleh tokoh yang bernama Sudarma yang mempunyai rumah makan Sambara, Suherman sebagai pemuda kapten tentara, pengemis, dan dua pemuda pegawai kantoran.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar