Senin, 12 Desember 2011

DEFENISI WACANA MENURUT PARA AHLI

Wacana adalah istilah yang sudah tidak asing lagi dalam dunia kebahasaan karena wacana merupakan salah satu unsur linguistik yang banyak digunakan di dalam dunia kebahasaan. Dalam hal ini merupakan tataran yang terbesar di dalam unsur linguistik yang dimulai dari tataran terkecil yaitu huruf, fonem, kata, frasa, klausa, paragraf, dan wacana.
Wacana adalah kesatuan makna antarbagian di dalam suatu bangun bahasa karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu yang dibangun atas hubungan makna antarsatuan bahasa dan juga terikat dengan konteks. Konteks inilah yang dapat membedakan wacana yang digunakan sebagai pemakaian bahasa dalam komunikasi dengan bahasa yang bukan untuk tujuan komunikasi.
Dasar sebuah wacana ialah klausa atau kalimat yang menyatakan keutuhan pikiran. Wacana adalah unsur gramatikal tertinggi yang direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh dan dengan amanat yang lengkap dengan koherensi dan kohesi yang tinggi. Wacana utuh harus dipertimbangkan dari segi isi (informasi) yang koheren sedangkan sifat kohesifnya dipertimbangkan dari keruntutan unsur pendukungnya yaitu bentuk.
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, mendefenisikan wacana sebagai:
1.    ucapan, perkataan, tutur
2.    keseluruhan tutur yang merupakan satu kesatuan
3.    satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan utuh seperti novel, buku, atau artikel, atau pada pidato, khotbah, dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian wacana yang telah dikemukakan secara harfiah dan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, selain itu banyak pula dari para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai defenisi wacana tersebut. Oleh karena itu maka defenisi mengenai wacana dari masing-masing ahli adalah sebagai berikut:
1.    Roger Fowler (1977) memandang bahwa wacana adalah komunikasi lisan dan tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang termasuk di dalamnya.
2.    J.S. Badudu (2000) menyatakan bahwa wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan dengan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Kemudian dijelaskan pula bahwa wacana merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata,disampaikan secara lisan dan tertulis.
3.    Menurut Hawthorn (1992) bahwa menyatakan bwacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya.
4.    Samsuri mengemukakan pendapatnya mengenai wacana yaitu rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain.  Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulisan.
5.    Foucault menyatakan bahwa wacana kadang kala sebagai bidang dari semua pernyataan, kadang kala sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan, dan kadang kala sebagai sebuah praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah pernyataan.
6.    Berdasarkan pendapat Foucalt, Mills (1994) mengemukakan pendapatnya bahwa wacana dapat dilihat dari level konseptual teoretis, konteks penggunaan, dan metode penjelasan.
7.    Harimurti (1984:204)"Wacana atau dalam Bahasa Inggerisnya ialah 'Discourse'. Wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap, yaitu dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi ataupun terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh seperti novel, buku seri ensiklopedia dan sebagainya, paragraf, kalimat atau kalimat yang membawa amanat yang lengkap."
8.    Anton M.Moeliono (1995:407):"Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat itu."
9.    Menurut Lull (1998), wacana yaitu cara objek atau ide diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan pemahaman tertentu yang tersebar luas.
10.    Asmah (1982:3) menyatakan bahwa wacana tidak mempunyai satu-satu jenis kalimat yang berdiri secara utuh tanpa dipengaruhi oleh proses-proses kelahiran kalimat. Ini bermaksud bahawa kalimat yang selalu didapati dalam struktur dan sistem secara teratur. Asmah telah membedakan kalimat sistem dari ayat wacana. Kalimat sistem adalah kalimat atau tutur yang dikeluarkan dan diasingkan dari konteks wacana, sedangkan kalimat wacana yang juga disebut kalimat teks adalah kalimat yang betul-betul terdapat dalam wacana teks dan wacana lisan.
11.    Menurut Fokker (1951:4) pula, hubungan kesinambungan cerita itu dapat menunjuk pada perujukan (verwijzing), kata-kata penghubung (verbindingswoorden) dan pengguguran (ellips). Kesatuan makna dalam wacana seperti yang diterangkan di atas akan dilihat dari segi makna logik dan makna tautan. Makna tautan inilah yang merupakan konsep semantik dan merujuk kepada perkaitan kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang membentuk wacana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar