Senin, 19 Desember 2011

Bagaimanakan Penggunaan Kalimat EFektif???

2.2  Kalimat Efektif


Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika dipakai pada sasaran yang  tepat. Pengertian efektif dalam kalimat adalah penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula. Dalam pembentukan kalimat banyak keterampilan yang perlu diperhatikan. Ketermpilam yang harus diperhatikan dalam menggunakan kalimat efektif adalah keterampilan mengungkapkan ide dan mengembangakan ide dengan menggunakan kalimat yang baik , jelas dan tepat, logis dan menarik sehingga sanggup menyampaikan pesan pembicara atau penulis kapada pendengar atau pembaca persis seperti apa yang dimaksudkan pembaca atau penulis. Kalimat efektif adalah kalimat yang sanggup menyampaikan pesan pembicara atau penulis kepada pembaca atau pendengar seperti yang dimaksudkan.

Berikut ini beberapa defenisi kalimat efektif menurut para ahli bahasa Indonesia yaitu :
1.    Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2.    Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, dkk:  2001)
3.    Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifi :  1989)
4.    Kalimat efektif  merupakan kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. ( Nasucha, dkk: 2009)
Dari beberapa uraian tersebut dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa  kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
Kalimat efektif memenuhi syarat-syarat antara lain:
1.    Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
2.    Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya antara pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembaca.
3.    Memenuhi syarat kegayabahasaan dan penalaran yang dapat diperinci sebagai berikut: kesatuan gagasan, koherensi, penekanan, variasi dan penalaran.
Menurut Kerf (1980: 350) yang dimaksud dengan kalimat efektif adalah kalimat  yang memenuhi syarat sebagai berikut :
1.    Secara tepat mewakili gagasan atau perasaan pembaca atau penulis.
2.    Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran, seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
Menurut Soedjito (1980: 95) bahwa penyusunan kalimat efektif dapat diwujudkan dengan memperhatikan kelengkapan unsur kalimat, kehematan,  pilihan kata yang tepat, serta kelogisan kalimat. Akan tetapi yang menjadi perhatian khusus dalam penelitian ini adalah empat aspek sebagaimana yang tersebut.

2.3    Ciri-Ciri Kalimat Efektif
Dalam kehidupan sekarang ini yang serba kompleks dan beraneka ragam corak kehidupan, maka perlu adanya penanda atau ciri tertentu agar tidak terjadi kekeliruan.Adapun pengertian ciri atau penanda adalah (1) tanda-tanda yang khas  yang membedakan sesuatu dengan yang lain, (2) tanda atau sifat yang menandai sesuatu kebahasaan (Depdikbud).
Setiap orang berbahasa dengan menggunakan kalimat-kalimat yang disusun sedemikian rupa dengan maksud agar gagasan yang disampaikan dapat dimengerti oleh orang lain secara tepat. Kalimat yang demikian disebut  kalimat efektif dan dapat dikenal karena ciri-cirinya seperti yang dikemukakan oleh Soedjito (1990: 12) adalah kelengkapan, kesejajaran, dan kehematan. Soedjito menjelaskan ciri-ciri kelengkapan itu  akan nyata kalimat efektif, jika kalimat tersebut sekurang-kurangnya mengandung unsur subjek dan unsur predikat. Agar kelengkapan itu dapat terpenuhi, subjek pada awal kalimatnya hendaknya tidak didahului kata depan, predikat kalimatnya jelas dan tidak terdapat pemenggalan kalimat majemuk.
Kalimat efektif menurut Murad (1992: 64) memiliki ciri-ciri subjek kalimat jelas, hemat, sejajar atau paralel, dan tidak bermakna ganda. Untuk lebih  jelasnya mengenai ciri-ciri kalimat efektif dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Kesatuan (Unity)
Kesatuan kalimat bisa dibentuk jika ada keselarasan antara subjek - predikat, predikat – objek, dan predikat – keterangan. Dalam penulisan tampak kalimat-kalimat yang panjang tidak mempunyai S dan P. Ada pula kalimat yang secara gramatikal mempunyai subjek yang diantarkan oleh partikel.hal seperti ini hendaknya dihindarkan oleh pemakai kalimat agar kesatuan gagasan yang hendak disampaikan dapat ditangkap dengan baik oleh pembaca atau pendengar.
Contoh :
1. Bangsa Indonesia menginginkan keamanan, kesejahteraan, dan kedamaian.
2. Kebudayaan daerah adalah milik seluruh bangsa Indonesia .
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat yaitu:
a.    Kalimat  yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b.    Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c.    Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
1.    Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian orang-orang kota  yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. ( tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. ( efektif)
2.    Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. ( tidak efektif )
 Makalah ini membahas teknologi fiber optik. ( efektif)
2. Kehematan (Economy)
Kehematan adalah adanya hubungan jumlah kata yang digunakan dengan luasnya jangkauan makna yang diacu. Sebuah kalimat dikatakan hemat bukan karena jumlah katanya sedikit, sebaliknya dikatakan tidak hemat kerena jumlah katanya terlalu banyak. Yang utama adalah seberapa banyakkah kata yang bermanfaat bagi pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, tidak usah menggunakan belasan kata, kalau maksud yang dituju bisa dicapai dengan beberapa kata saja. Oleh karena itu, kata-kata yang tidak perlu bisa dihilangkan. Untuk penghematan kata-kata hal-hal berikut perlu diperhatikan.
a.    Mengulang subjek kalimat
b.     Hiponim dihindarkan
c.    Pemkaian kata depan ‘dari’ dan ‘daripada’.
d.    Penekanan (Emphasis)
e.    Pemindahan letak Frase
f.    Mengulang kata-kata yang sama
Disamping dilakukan dengandua hal yang disebutkan di atas, penekanan/penegasan dapat juga dilakukan dengan :
a. penegasan dengan intonasi
b. penegasan dengan partikel
c. penegasan dengan kata keterangan
d. penegasan dengan kontras makna
e. penegasan dengan pemindahan unsur
f. penegasan dalam bentuk pasif
 Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu: Menghilangkan pengulangan subjek, menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponim kata, menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat, dan tidak menjamakkan kat-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
1. Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
3.    Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)

3. Kevariasian (Variety)
Ciri kevariasian akan diperoleh jika kalimat yang satu dibandingkan dengan kalimat yang lain. Kemungkinan variasi kalimat tersebut sebagai berikut.
1.    Variasi dalam Pembukaan Kalimat
Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi efektifitas, yaitu dengan variasi pada pembukaan kalimat. Dalam variasi pembukaan kalimat, sebuah kalimat dapat dimulai atau dibuka dengan :
1) frase keterangan (waktu, tempat, cara)
2) frase benda
3) frase kerja
4) partikel penghubung
Contoh:
a) Mang Usil dari kompas menganggap hal ini sebagai suatu isarat sederhana untuk bertransmigrasi (frase benda)
b) Dibuangnya jauh-jauh pikiran yang menghantuinya selama ini (frase kerja)
c) Karena bekerja terlalu berat dia jatuh sakit (frase penghubung)

  2)  Variasi dalam Pola kalimat
Untuk efektifitas kalimat dan untuk menghindari suasana menoton yang dapat menimbulkan kebosanan, pola kalimat Subjek–Predikat–Objek dapat diubah menjadi Predikat – Objek – Subjek atau yang lainnya.
Contoh :
1) Dokter muda itu belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju. (S – P- O)
2) Belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju doketr muda itu. (P – O – S)
3) Dokter muda itu oleh masyarakat desa Sukamaju belum dikenal. (S – O – P)                                                                                        
 3) Variasi dalam jenis kalimat
Untuk mencapai efektifitas sebuah kalimat berita atau pertanyaan, dapat dikatakan dalam kalimat Tanya atau kalimat perintah. Perhatikan contoh berikut.
…………………..Presiden SBY sekali lagi menegaskan perlunya kita lebih hati-hati memamakai bahan baker dan energi dalam negeri. Apakah kita menangkap peringatan tersebut?
Dalam kutipan tersebut terdapat satu kalimat yang dinyatakan dalam bentuk tanya. Penulis tentu dapat mengatakannya dalam kalimat berita. Akan tetapi, untuk mencapai efektifitas, ia memakai kalimat tanya.
 4)  Variasi bentuk aktif-pasif
Perhatikan contoh berikut!
a) Pohon pisang itu cepat tumbuh. Kita dengan mudah dapat menanamnya dan memeliharanya. Lagi pula kita tidak perlu memupuknya. Kita hanya menggali lubang, menanam, dan tinggal menunggu buahnya.
Bandingkan dengan kalimat berikut!
b) Pohon pisang itu cepat tumbuh. Dengan mudah pohon pisang itu dapat ditanam dan dipelihara. Lagi pula tidak perlu dipupuk kita hanya menggali lubang, menanam dan tinggal menunggu buahnya.
            4.Kesepadanan
          Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
 5. Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
1.    Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).
2.    Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).
  6.Kelogisan
     Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.

Contoh:
1. Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini ( tidak efektif )
2.    Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. ( efektif )
7. Keparalelan atau Kesejajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
1.    Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
2.    Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
3.    Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif).
8.Ketegasan
        Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a.    Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
b.    Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
1.    Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah,telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. ( salah)
2.    Bukan seratus, seribu,atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. ( benar)
c.    Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d.    Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e.    Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
1.    Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku ?
2.    Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar